
Artinya: "Sesungguhnya sahnya suatu perbuatan bergantung niatnya, dan setiap orang bergantung atas apa yang ia niatkan. barangsiapa yang hijrahnya kepada Alloh dan Rasul-Nya maka adalah kepada Alloh dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya dunia yang ingin diperolehnya atau untuk wanita yang ingin di nikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia hijrahkan. " (HR.Bukhori).
Niat adalah mengerjakan sesuatu yang diiringi dengan perbuatan. Tempat niat itu adalah di dalam hati, dan melafadzkan niat hukumnya adalah sunnah. Karena itu, apabila lisan dan berselisih, maka yang dianggap adalah hatinya. Seperti niat berwudlu' dengan hatinya, sedang lisannya berkumur, maka sahlah wudlu'nya. Atau hatinya berniat shalat Dzuhur sedangkan lisannya melafadzkan niat shalat Ashar, atau hati berniat haji sedang lisannya berniat umrah ataupun sebaliknya. Maka yang benar dan dianggap adalah apa yang diniatkan oleh hatinya (Lihat dalam kiab Asybah wan Nadzo 'ir).
Begitu juga apabila berniat shalat dengan lisan, sementara di hatinya tidak, maka menjadi sah apa yang ada di dalam hatinya. Oleh karena itu, tidak cukup niat hanya dengan hanya melafadzkan dengan lisan saja, tanpa diiringi niat di dalam hati. Karena sesungguhnya niat dihati itu tidak disyaratkan dengan melafadzkannya. Tetapi memang yang lebih utama adalah berniat dengan kedua-duanya secara bersamaan (dengan lisan dan hati). Karena sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentukmu, tetapi melihat kepada hatimu, karena hati adalah tempat untuk melihat Sang Pencipta dan jasad adalah tempat untuk melihat ciptaan-Nya.
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: "Niat seorang mu 'min lebih baik dari pada amal perbuatannya, dan amal perbuatan seorang munafiq itu lebih baik daripada niatnya. Setiap hamba beramal berdasarkan niatnya. Karena itu apabila seorang mu 'min berbuat suatu amalan, maka akan bersinarlah suatu cahaya dalam hatinya. " (HR. Thabrani, dari Sahl bin Sa 'd).
Ibnu Taimiyyah ra. dalam fatwanya mengatakan: "Kekuatan seorang mu 'min terletak pada hatinya, dan kelemahannya terletak pada jasadnya. Kekuatan orang munafiq itu terletak pada jasadnya, dan kelemahannya terletak pada hatinya"
Abu Muhammad Sahl bin Abdullah ra. berkata: "Alloh merupakan kiblatnya niat, niat kiblatnya hati, hati kiblatnya badan, badan kiblatnya anggota badan, dan badan merupakan kiblatnya dunia.'
Rosululloh saw. bersabda:
Artinya" Berlindunglah kamu kepada Allah dari ketundukan ( kekhusyuan ) kepada nifak. (HR.Baihaqi).Ali bin Abi Thalib K.W.pernah ditanya tentang ketundukan kepada nifaq. Ia berkata , "Yaitu ketundukan kepada badan ( di dalam berbuat) merupakan kemunafikan hati". Oleh karena itu Rosulullah saw bersabda:
"Artinya: barang siapa memperbanyak dzikir kepada Allah ,maka ia telah terlepas dari nifaq (prilaku munafiq)." (HR.Thabrani,dari Abu Huroiroh).
Allah swt .berfirman dalam Al-quran:
"Artinya: sesungguhnya orang-orang munafiq itu membohongi Allah, lalu Allah pun memperdayai mereka, dan apabila bangun untuk mengerjakan sholat mereka bangu dengan malas, mereka bermaksud riya( dengan sholat dihadapan manusia), dan mereka tidaklah menyebut nama Allah kecuali sedukit sekali." (QS.An-nisa : 142).Wallahu a'lam...