February 2020 - SANTRI HIKAM

Santri hikam yang membahas seputar kajian islam dunia dan kesehatan,,

Hot

Post Top Ad

Sunday, 16 February 2020

Kuliah Subuh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani qs pada hari ke 3 tanggal 8 Sya'ban 254 H

February 16, 2020 0


Syekh Abdul Qadir Al-Jailani qs menyatakan ,bahwa nabi Muhammad saw bersabda:
"Barang siapa yang berhias diri di hadapan manusia terhadap apa yang mereka menjadi senang dengannya, dan datang kepada Allah dengan apa yang membuat Dia benci, maka dia akan bertemu dengan Allah sedang dia murka terhadapnya."

Wahai orang-orang munafiq! Bacalah kalam nubuwwah ini. Wahai para penjual kebenaran dengan harga murah! Wahai para penjual akhirat dengan dunia! Wahai para penjual! Bacalah hadits nabi diatas! Sungguh tidak ada yang kekal segala yang fana', dan itu akan  merugikan perniagaanmu dan menghilangkan modal pokokmu. sungguh kecelakaan bagimu, kamu akan berhadapan dengan kebencian dan kemurkaan Allah, karena sesungguhnya orang-orang yang berhias diri di hadapan manusia yang bukan pada tempatnya akan mengundang kemurkaan Allah.

Oleh karena itu, hiasilah keadaan lahirmu dengan adab syar'i dan hiasilah keadaan bathinmu dengan menghilangkan sifat jelek darinya, hingga seakan-akan mereka tidak berakhlak, padahal kamu tidak mendapati dari mereka apa-apa yang membahayakan dan yang dapat memberikan manfaat.

Kamu telah terbiasa dengan kesibukan menghias jasadmu dan lupa untuk menghias hatimu. Katahuilah, perhiasan hati itu adalah tauhid,akhlak, yakin kepada Allah, dan menjauhi segala kecenderungan nafsunya secara dzohir dan bathin.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan tinggalkanlah dosa yang tampak dan dosa yang tersembunyi. Sesungguhnya orang-orang yang mngerjakan dosa, kelak akan  siberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-An 'am: 120)

Ibnu Atho'illah ra. berkata: "Amal adalah bentuk penyangga yang kokoh. Ruhnya amal adalah adanya rahasia ikhlas di dalam hatinya".
 Alloh Swt. berfirman di dalam hadits qudsi:
"Ikhlas adalah rahasia dari rahasia-rahasia-Ku yang Aku tityipkan dalam hati hamba-hambaku yang aku cintai,yang tidak akan diketahui malaikat hingga ia mencatatnya,tidak pula syetan yang akan merusaknya".

Hal ini karena ikhlas adalah maqam ihsan , yang engkau menyembah -Nya seakan-akan engkau melihat-Nya.

Wallahu a'lam.....

Read More

Thursday, 13 February 2020

Ikhlas itu memiliki 3 derajat

February 13, 2020 0

Ikhlas yaitu di mana engkau tidak mengharapkan saksi bagi perbuatanmu selain Allah. Juga dikatakan, ikhlas adalah yang membersihkan amal dari kekeruhan-kekeruhan; dan juga ikhlas merupakan tirai di antara yang berhubungan dengan Allah, sehingga dengan tirai tersebut malaikat tidak dapat menulisnya, setan tidak dapat merusaknya, dan nafsu pun tidak dapat untuk mencondongkannya.

Perbedaan antara ikhlas dan shidq, bahwa shidq adalah pokok dan ia adalah yang pertama, sedangkan ikhlas adalah cabang yang ia adalah pengikutnya. Perbedaan yang Iain, bahwa ikhlas tidak akan ada kecuali setelah adanya perbuatan.

Dikatakan, ikhlas merupakan unsur terpenting dari suatu pekerjaan hati, yang diatasnyalah tempat beredar seluruh ibadah.

 Alloh Swt. berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya".(Qs.Albayyinah: 5).

Rasulullah SAW Bersabda:
"Ikhlaslah kamu dalam agamamu , maka amal sedikit pun akan mencukupi." (HR.Ibnu Abid Dunia,Hakim,dari muadz .Sohih).


Para ulama sufi mengatakan bahwa ikhlas adalah maqom ihsan, yaitu hendaklah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya (Lihat Iqodzul Himam: 3).

Sahl bin Muadz at-Tastari ra. berkata: "Bahwa Akyas dalam tafsir ikhlasnya melihat bahwa ikhlas tidak lain adalah hendaknya dalam gerak dan diamnya, rahasia dan terangnya diniatkan karena Allah semata. Tidak dicampuri sesuatupun dari nafsu dan kecenderungan-kecenderungannya, dan tidak pula dicampuri oleh urusan dunia".

 Hal ini sejalan dengan perkataan: "Ikhlaskanlah diri dan milikilah ia, dan jangan menghendaki ketaatan kecuali kedekatan denganNya sebagai tempat menyandar".

Syekh Junaid ra. berkata: "Ikhlas adalah mensucikan perbuatan-perbuatan dari kekeruhan-kekeruhannya". Dan ikhlas itu memiliki tiga derajat, yaitu derajat ikhlas orang awam, derajat ikhlas orang khowash, dan derajat ikhlas orang khowashul-khowash.

Adapun ikhlasnya orang awam (orang kebanyakan) adalah orang Yang beribadah kepada Allah karena menginginkan nasib baik di dunia dan di akhirat. Seperti kesehatan, keselamatan harta, keluasan rezeki, rumah, dan istri.


Sedangkan ikhlasnya orang khowash (orang terpilih) yaitu beribadah kerena menginginkan nasib baik hanya di akhirat saja.

Sedangkan ikhlasnya orang khowashul khowash (orang-orang pilihan) adalah mereka beribadah kepada Allah tanpa mengharapkan nasib-nasib baik tersebut, baik di dunia ataupun di akhirat. Oleh karena itu, ibadah mereka adalah ibadah yang dikerjakan dengan sebenarnya, dan mereka mengerjakan segala  kewajiban dari Tuhan itu diiringi dengan kecintaan dan kerinduan untuk dapat melihat-Nya.

Hal ini sebagaimana yang pernah dikatakan Oleh Ibnul Faridl: "Bukanlah Yang kuminta itu kenikmatan surga, kecuali aku hanya ingin melihat-Nya."

Wallahu a'lam...





Read More

Wednesday, 5 February 2020

KHIDMAT ILMIAH MANAQIB DI SURYALAYA OLEH K.H. WAHFIUDIN,MBA

February 05, 2020 0

*KHIDMAT ILMIAH MANAQIB*
(Rabu, 11 Rabiul Awwal 1434 H / 23 Januari 2013 M)
*Oleh : K.H. Wahfiudin, MBA*
******************************

Abah Anom sudah wafat tahun 2011 tanggal 5 september Beliau mursyid kita, basharnya/tubuhnya mati, kita antarkan, kita kuburkan, tapi ruh Beliau masih sering hadir. Saya mau tanya, bapak/ibu hadirin sekalian, masih sering merasakan tidak, kehadiran Abah Anom ? Masih sering merasakan tidak, asuhan ... pengayoman Beliau?

Banyak ikhwan/akhwat cerita dalam situasi-situasi tertentu Abah muncul, Abah memberikan bantuan keterlibatan dan segala macam. Maka beliau Mursyid kita setelah basharnya mati, sesungguhnya Beliau masih menjalankan perannya sebagai Mursyid.

Memang beliau meninggalkan wasiat, wasiatnya tertulis ditandatangani tahun 1998 yang dalam wasiat itu yang kita kenal dengan *Surat Pernyataan (Maklumat) :*

_*“Saya KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin sebagai guru mursyid TQN dan sebagai sesepuh Pontren Suryalaya”,*_
jadi ketika menuliskan itu beliau menggunakan 2 jabatan beliau sebagai *Guru Mursyid* dan sebagai *Sesepuh Pesantren.*

Dengan ini menyatakan dan menunjuk :
1. KH. Noor Anom Mubarok, BA
2. KH. Zaenal Abidin Anwar
3. H. Dudun Noorsaiduddin
Sebagai Pengelola Pesantren Suryalaya”.

Jadi tiga orang itu disebut dalam wasiat Abah Anom itu sebagai Pengelola Pesantren Suryalaya, tidak ada kata-kata ketiga orang itu disebut sebagai Mursyid, tidak disebut oleh abah. Maka ketiga orang itu bukan mursyid, tapi ada alinea berikutnya yang menyatakan : ”Maka dengan adanya Surat Pernyataan ini kepada seluruh Pimpinan Lembaga termasuk para Mubaligh dan Wakil Talqin yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya, apabila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan kebijakan lembaga, fisik bangunan, pendidikan dan pengajaran, dan pembinaan ikhwan TQN Pontren Suryalaya supaya berkonsultasi dengan nama-nama tersebut”.

Tiga orang itu memang bukan mursyid, tapi ada pesan juga dari Abah Anom supaya berkonsultasi dalam soal-soal yang luas, khususnya soal ke-TQN-an kepada tiga orang itu.

Jadi kalau Abah mengeluarkan wasiat tertulis wajib kita taati, tiga orang itu lalu disebut Pengemban Amanah, taati.

Malam ke 40 hari setelah Abah Anom wafat, para Wakil Talqin kumpul dan ketika dibacakan itu, semua Wakil Talqin sepakat : Setelah Abah Anom wafat, maka kita taati tiga orang itu. Yang waktu itu H. Dudun sudah wafat lebih dulu jadi tinggal dua orang. Dua orang itu kita disepakati, kita sebut oleh para Wakil Talqin disebut sebagai Pengemban Amanah, taati.

Taat kepada beliau, apakah beliau dua orang itu jadi mursyid? bukan! Abah Anom tidak menyebut beliau sebagai mursyid, tapi Abah Anom dalam wasiatnya pun berpesan supaya semua berkonsultasi kepada dua orang itu.

Jadi kita taat kepada Abah Anom, kita taat kepada kedua orang itu. Ada juga sebagian orang berfikir, kalau Abah Anom tidak menunjuk mursyid, lalu siapa mursyid? Kenapa susah-sudah? Mursyid masih tetap dipegang oleh Abah Anom. Kenapa Abah Anom, persoalan segini penting, persoalan segini genting, Abah Anom tidak meninggalkan wasiat tentang kemursyidan?, padahal jelas-jelas ketika akan membuat Maklumat itu dibagian atas beliau menuliskan saya KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin selaku Guru Mursyid, selaku Sesepuh Pesantren menganggkat tiga orang ini untuk memimpin pesantren, kenapa tidak angkat saja ketiga orang ini sebagai mursyid? beliau juga sudah mursyid??

_*Yang jelas, pasti Abah Anom tahu persis, urusan mursyid itu urusan Allah, urusan langit, maka Abah Anom pun tidak mengangkat Mursyid.*_

_*Kemursyidan itu urusan langit, tapi kepemimpinan harus ada, maka Abah Anom tetapkan tiga orang itu sebagai Pengemban Amanah, bukan mursyid.*_

Lalu kalau begitu kita sepelekan? tidak juga karena ada pesan di alinea kedua dari Abah Anom untuk urusan-urusan tentang Thareqat konsultasi pada tiga orang itu. Tapi kan tiga orang itu sekarang tinggal satu, bagaimana kalau habis semua?

Jangan tanya bagaimana-bagaimana, itu urusan langit? tunggu saja nanti, tapi yang jelas kan masih ada sekarang, taati saja yang ada, amalkan saja. Kalau terlalu cepat terburu-buru offsite (keluar jalur) kita.

Wasiatnya ada jelas, disuruh konsultasi, taati. Ya tapi kan kita memerlukan mursyid yang masih hidup?

Saya mau tanya, siapa sih yang hadir disini yang sudah merasa Abah Anom bukan mursyid lagi sekarang ini? sehingga merasa memerlukan mursyid lain??

Yang merasa Abah Anom sudah bukan mursyid lagi saat ini, sehingga merasa perlu mencari mursyid lain, tunjuk tangan.

_*Yang sudah menganggap Abah Anom dengan matinya tubuh beliau dengan ruhnya dibawa ke alam barzah, maka Abah Anom dianggap tidak bisa lagi membimbing kita selaku murid, siapa yang menganggap seperti itu? Hati-hati !!!*_

_Ketika Beliau masih berperan sebagai mursyid karena beliau belum/tidak turunkan perintah, tidak delegasikan kemursyidan itu, tapi kita mengatakan beliau sudah tidak efektif lagi, beliau sudah tidak bisa memainkan peran sebagai mursyid lagi._ *Ketika ada keyakinan seperti itu pada diri kita, itu sama juga kita sudah menggunting/memutuskan robithoh kita kepada beliau.*

Ada saja keyakinan seperti itu, oh... kita perlu mursyid yang masih hidup, kenapa? karena Abah Anom sudah mati, Abah Anom sudah wafat. Kalau sampai muncul keyakinan seperti itu, kita sudah menggunting/memutuskan robithoh kita kepada beliau.

Karena itu, ayo cari!.

Silahkan cari!!

Cari kalau dapat, belum tentu dapat yang ada sudah diputuskan. Masya Allah! Yang pasti dibuang, yang pasti digunting, yang sudah pasti diputus, mencari yang masih penuh kontroversi, apa ga bodoh kita seperti itu?.

Memang ada berkembang seperti itu, pokoknya karena Abah Anom sudah mati, sudah wafat, kita harus cari mursyid yang masih hidup. Oh... berarti kau menganggap Abah Anom sudah tidak bermain lagi ya? Sudah tidak bisa berperan lagi? dianggap sudah mati?

Yang mati itu badannya/basharnya, ruh masih main, masih efektif. Apa sudah tidak kamu rasakan itu, sehingga sekarang kamu tinggalkan, kamu mencari yang lain padalah yang lain pun dari mana kamu tahu itu memang wali mursyid? Dari mana kamu tahu yang lain itu memang mursyid yang legitimate, yang ottentik, yang sah? Belum tentu. S_*ementara yang masih pasti sudah kamu putus, sudah kamu gunting. Hati-hati!*_

Saudara-saudara sekalian, tetapi namanya juga keyakinan orang. Bagaimana kita bisa nyetel keyakinan orang. Kalau kita coba nyetel keyakinan orang, kita tidak sanggup. Sebagian memang mengutip kitab ini, kitab itu, bahwa kalau mursyid sudah wafat kita harus mencari mursyid yang masih hidup, ya kitab kan juga pendapat orang kan? artinya masih berpendapat begitu segala macam, oke itu keyakinan. Silahkan, silahkan.

Pak! Saya tetap berkeyakinan, setelah mursyid kita mati badannya, wafat ruhnya, maka saya harus mencari mursyid lain yang masih hidup, itu keyakinan saya, prinsip tidak bisa diubah. Yaa... kalau sudah keyakinanmu begitu saya juga tidak bisa ikut campur.

Tapi saya masih ingin bertanya, kalaupun kita harus mencari mursyid lain, musyrid yang waliyullah bukan mursyid sekedar mursyid-mursyid-an atau meskipun namanya mursyidi, jadi mursyid yang waliyalloh itu yang dicari. Kalaupun harus cari, kira-kira bagaimana nyarinya? Saya bilang “laa ya’riful wali illal wali” (bagaimana kita tahu seseorang itu mursyid yang wali kalau kita sendiri bukan wali. Hanya wali yang bisa tahu wali), tapi kita kan memerlukan mursyid yang masih hidup?

Ya kalau begitu pakai akal-akal logika manusia yang biasa, pertama : kalau betul seseorang itu wali mursyid (ini dengan penglihatan kita orang bodoh) apa bukti otektiknya? Aa tidak surat pelimpahan kemursyidan dari mursyid waliyullah sebelumnya?

Karena kita orang bodoh kita perlu surat itu, bukti otektik. Kalau bukti tidak ada, barangkali ada bukti yang sifatnya ghaib. Bukti ghaib itu apa? Macam-macam. Bisa mimpi-mimpi segala macam, tapi itu pun bersifat subjektif dan bisa ngawur (misal : 40 orang mimpi bisa punya 40 mursyid yang berbeda-beda, sangat subjektif).

Dalam penglihatan logika manusia saja, kalau betul dia seorang waliyullah yang ditunjuk sebagai mursyid, tidak ada surat, tidak ada bukti otektik, dia pasti punya kekuatan ghaib yang Allah berikan kepada dia. Apa kekuatan ghaibnya itu?

Seorang wali mursyid ditugaskan oleh Allah menjadi mursyid, berati dia harus membimbing. Membimbing jiwa, membimbing ruh murid-muridnya, pusatnya ruh adalah qolbu, maka _*seorang yang disebut wali mursyid punya kemampuan menerobos masuk kedalam ruh murid, menembus masuk kedalam qolbu, mencengkram dan menggenggam qolbu murid itu dan memberikan kekuatan, aliran kekuatan dzikrullah, memberikan kekuatan aliran rahmat dari Allah dan qolbu murid itu menjadi tentram. Kita datang kepada dia, dia menerobos ruh kita tembus kedalam qolbu, dia genggam qolbu kita dan kita jadi tentram.*_

Apalagi kalau dia dikatakan mendapat limpahan kemursyidan dari mursyid sebelumnya. _*Kalau dikatakan dia mendapat limpahan dari mursyid sebelumnya, maka murid dari mursyid sebelumnya (sebut saja murid-murid Abah Anom) semua qolbunya bisa dia genggam.*_

_*Dan begitu digenggamnya semua murid Abah Anom langsung ikut dengan mengalir begitu saja, dengan tenang mengalir, tidak ada pertanyaan, tidak ada keraguan, tidak ada perdebatan, tidak ada kontroversi.*_ Sebagaimana dulu dari Abah Sepuh ke Abah Anom. Begitu Abah Sepuh wafat dan memang Abah Anom menjadi wali mursyid berikutnya, selain ada surat bukti otentik juga memang kepada Abah Anom diberikan limpahan itu.

Seakan-akan Abah Sepuh berkata, ”nih qolbu para muridku yang ku genggam ku serahkan kepadamu dan Abah Anom menerima qolbu-qolbu para murid Abah Sepuh dan mencengkramnya dengan tenang. Dan semua murid Abah Sepuh mengalir kepada Abah Anom, tenang tidak ada pertanyaan, tidak ada keraguan, tidak ada kontroversi, tidak ada perdebatan. Itu logika orang bodoh/awam, begitu saja.

Kalau memang seseorang itu mursyid yang waliyullah, kalau memang tidak ditemukan adanya bukti maka kalau memang betul dia mendapat amanah dari Allah sebagai wali mursyid, kalau memang betul dia mendapat amanah dari wali mursyid sebelumnya, _*maka ia akan mengambil alih semua itu dan terjadi peralihan mengalir tenang, tidak ada keributan apapun.*_ Nah, gampang itu saja.

Kalau itu tidak juga kita jumpai, bukti otentik tidak dapat, tafsir-tafsir, takwil-takwil subjektif bertebaran, tetapi semua orang kemudian menjadi kontroversi, berdebat, fitnah, sms saling mengancam, saling bergerilya, saling profokasi, apa ini?

Padahal Abah Anom pesan terakhirnya “wa’tasimu bihablillah”, padahal akhlak Nabi Muhammad saw dalam ayat : “walladzina ma’ahu muhammadurasulullah, walladzina ma’ahu asyidda-u ‘alal kuffar ruhama-u bainahum”, ruhama-u bainahum. _*Ketika tidak ada lagi “ruhama”, tidak ada lagi kerahiman, muncul perdebatan, permusuhan, fitnah dan segala macam, hati-hati, TAHAN DIRI.*_

Itu bagi yang berpendapat dengan matinya Abah Anom tubuhnya, wafatnya ruh beliau, maka harus cari wali mursyid lainnya yang masih hidup. Kriterianya apa?, logika gampangnya itu saja, _*kalaupun tidak ada bukti otentik maka dia menerima pelimpahan dan PUNYA KEMAMPUAN MENGGENGGAM semuanya dan semua murid mengalir kepada dia.*_ Ingat kalau tidak, hati-hati!.

Tapi kawan ini tetap punya prinsip lain, tidak bisa tetap saya harus mencari mursyid yang lain. Kalau kamu masih mau cari mursyid yang lain akan ada persoalan keorganisasian, muncul persoalan keorganisasian.

Apa persoalannya?
1. Abah Anom sudah menyiapkan wasiat tertulis supaya kita taat berkonsultasi kepada para Pengemban Amanah, itu sudah jelas, wasiat itu masih ada.
_*Taat tidak kepada Abah Anom? kalau taat, taatilah wasiat itu. Pengemban Amanah masih ada.*_
2. Para Wakil Talqin pun sudah bersepakat, taati Pengemban Amanah. Soal kemursyidan itu soal lain nanti, ini ijma para wakil talqin.
3. Keluarga baik keluarga Abah Sepuh dan keluarga Abah Anom pun bersikap yang sama. Karena itu juga pengurus Yayasan Serba Bakti punya sikap yang sama, taati saja dulu Pengemban Amanah.

Ini organisasi, TQN suryalaya beserta yayasannya, ini aturan organisasi. Kalau kamu tetap berprinsip saya mau cari mursyid lain, berarti kamu bertentangan dengan organisasi itu.

Ketika kamu mengatakan ada wali mursyid lain, apalagi kamu menambah dalam tawassul, kamu tambahkan orang itu, dalam rangkaian no 38, berarti kamu sudah tidak menaati wasiat, berarti kamu sudah tidak mengikuti ijma para wakil talqin, berarti kamu sudah tidak menaati pesan keluarga, berarti kamu sudah tidak taat kepada Yayasan Serba Bakti, _*berarti kamu sebenarnya sudah memisahkan diri dari TQN Suryalaya.*_

*Karena yang namanya organisasi itu ada koridornya, ada jalannya, ada batas pinggirnya.*

Ketika kamu keluar sama sekali dari batas pinggir itu berarti kamu memisahkan diri, terjadi *firoq.*

Kalau kamu wakil talqin, kalau kamu mubaligh, begitu kamu memisahkan diri tidak selayaknya lagi kamu menyatakan diri "saya wakil talqin TQN Suryalaya", karena yang kamu lakukan sudah bertentangan dengan TQN Suryalaya, sudah bertentangan dengan wasiat Abah Anom, sudah bertentangan dengan ijma para wakil talqin yang kamu sendiripun ikut hadir waktu itu.

Kalau kamu wakil talqin dan Mubaligh bicara seperti itu berarti kamu sudah memisahkan diri, apalagi kamu dalam tawassul menambah.

_Dengan menambah rangkain dalam tawassul itu kamu sudah mengubah ajaran, dan ada pesan Abah dulu dalam salah satu Maklumatnya_ _*“Siapa yang mengurangi atau menambah maka Abah tidak bertanggungjawab”.*_ Bahaya kalau Abah Anom sudah tidak bertanggung jawab, nah berarti kamu sudah *firoq.*

Ya.. tapi saya tetap mau punya wali mursyid yang baru, ya silahkan itu keyakinan kamu, saya tidak bisa mengubah keyakinan itu dan kita semua disuruh menghargai keyakinan orang lain, tidak usah ribut.

Hanya dengan begitu caranya kamu sudah firoq, kamu sudah memisahkan diri.

Kalau begitu kami bikin saja TQN .... (kan ada TQN Suryalaya, kan ada TQN Abdul Karim di Banten, kan ada TQN di Jombang, kan ada TQN di Mranggen) saya juga bisa dong, kami bikin saja TQN ....,

Silahkan hak azasi manusia untuk berbeda pendapat. Tapi kamu sudah memisahkan diri dari TQN Suryalaya dan kalau kamu sudah memisahkan diri, lalu kamu masuk ke tempat-tempat majelis-majelis manaqib TQN Suryalaya, kamu hadir ke majelis khataman TQN Suryalaya, kamu boleh ikut dzikir, kamu boleh ikut manaqib sebagai peserta. _*Tapi kamu terlibat sebagai petugas dan membaca tawassul dengan menambah, dengan demikian kamu telah mengubah ajaran, kamu MERUSAK lingkungan TQN Suryalaya.*_

Dan akibat merusak seperti itu akan muncul pertanyaan, akan muncul gugatan, akan muncul perdebatan, dan akhirnya bisa saling konflik, saling memaki, rusak silaturahim.

Daripada rusak silaturahim kalaupun kamu mau berbeda, silahkan berbeda. Bikinlah TQN ... yang lain diluar Suryalaya, bikinlah Pengurus Yayasan sendiri, bikinlah Korwil sendiri, bikinlah Perwakilan sendiri, bikinlah majelis khataman sendiri, bikinlah majelis manaqib sendiri.

Apa kami ga boleh datang ke manaqib yang diselenggarakan oleh TQN Suryalaya?

Boleh, karena itu manaqibnya manaqib Tuan Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani qs, boleh hadir kamu di mejelis manaqib yang kami selenggarakan dan kami pun boleh hadir di majelis manaqib yang kamu selenggarakan karena manaqibnya manaqib Tuan Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani.

_*Yang tidak boleh ketika kamu hadir di majelis-majelis kami, kamu terlibat menjadi petugas dan menyampaikan ajaran yang kemudian sudah berubah, termasuk membaca tawassul yang sudah ditambah, itu tidak boleh.*_ Sebab kalau itu terjadi, ini bukan persoalan fiqh (otomatis kita masuk ke rumah orang kita menyampaikan sesuatu yang dalam keluarga itu bukan itu yang mereka yakini) akan muncul pertanyaan bisa berkembang menjadi konflik, jadi rusak silaturahim.

Jadi supaya tidak terjadi konflik bikin saja, silahkan. Kalau anda wakil talqin, anda mubaligh, berarti anda bukan lagi wakil talqin TQN Suryalaya, bukan lagi mubaligh TQN Suryalaya. Kalaupun anda hadir di majelis dzikir kami, majelis khataman kami, di majelis manaqib kami, hadir ya boleh, sama-sama dzikir, sama-sama manaqib memuliakan Tuan Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani, tapi kalau kalian ikut terlibat dan memimpin pembacaan tawassul, membaca tawassul yang sudah ditambah kamu sudah mengubah, sudah berbeda dengan kami, jangan dilakukan sebab nanti jadi rusak silaturahim.

Juga kalau anda pengurus YSB, kalau anda berpendapat punya mursyid lain, maka sebenarnya (kalau saya TQN Suryalaya berpendapat : Wasiat Abah Anom taat pada Pengemban Amanah, Ijma Para Wakil Talqin ikuti para Pengemban Amanah, Surat Edaran dari Pengurus YSB Pusat ikuti Pengemban Amanah) tapi kemudian saya yang katanya pengurus Perwakilan, saya yang katanya Pengurus Korwil ternyata tidak mengikuti itu semua, _*maka etikanya/adab saya ya saya mundur dari pengurus Perwakilan, saya mundur dari Pengurus korwil, loh saya kan sudah punya keyakinan berbeda.*_ (Maaf ya saya sekarang bukan lagi Pengurus korwil disini, saya bukan lagi pengurus perwakilan karena saya sudah bebeda, selesai). Silaturahim tetap terjaga.

_*Tapi kalau kemudian masih mempertahankan posisi korwil, mempertahankan posisi perwakilan bahkan mencoba mengajak semua ikhwan TQN Suryalaya ikut kepada keyakinan dia, itu namanya PEMBAJAKAN, itu namanya KUDETA, itu namanya PEMBELOKAN, tidak boleh.*_ Ini kan beda soal keyakinan, kami hargai keyakinan anda. Tapi ini aturan bermasyarakat, berorganisasi.

Organisasi TQN Suryalaya berpegang pada wasiat Abah, Ijma Wakil Talqin, Surat Edaran, ya ikuti. Ketika kita berbeda tapi saya wakil, saya korwil, saya perwakilan, saya harus melepas jabatan itu tapi kalau masih saya paksakan dan saya akan ajak anak buah saya, saya akan ajak ikhwan untuk berpindah itu pembajakan, itu tidak boleh, itu kudeta. _*Etika manapun kamu lakukan, kamu tidak akan bisa membenarkan itu semua, semua orang yang paham organisasi akan katakan kamu pembajak, tidak boleh dilakukan.*_

Apalagi kalau kita misalnya Mubaligh secara sengaja datang kedalam majelis-majelis TQN Suryalaya, masuk ke dalam majelis-majelis khataman, majelis manaqiban lalu kita menyebarkan faham yang lain dengan dalih bahwa kami harus mencari pengikut untuk guru kami yang baru, _*maka ke fihak lain itu disebut PROVOKATOR*_ (tapi dalam bahasa lain saya sebutkan : ya boleh saja berburu tapi ko berburu di kebun binatang, boleh saja memancing, mancinglah di laut bebas cari pengikut baru tapi janganlah mancing di akuarium tetangga jadi ribut nanti, ya ngomel tetangga). Hal-hal seperti ini Insya Allah tidak akan menimbulkan keributan berlarut-larut dan semua menjadi jelas.

Wasiat Abah kita jalankan, Ijma Wakil Talqin kita ikuti, edaran yang ada dan pengurus yayasan pun sudah mencanangkan seperti itu. Kalau anda pengurus perwakilan, pengurus korwil, tinggalkan jabatan itu. Di Jakarta saya sudah tegas seperti itu (saya sebagai ketua korwil), kalau ada pengurus korwil, pengurus Perwakilan yang merasa tidak lagi sepaham dan ingin mencari jalan lain, silahkan. Berarti anda bukan lagi pengurus korwil, bukan lagi pengurus perwakilan. _*Silaturahim tetap kita jaga, kita ummat Nabi Muhammad Saw. dan jangan ada lagi saling acak mengacak, jangan ada lagi upaya kudeta sebab nanti munculnya jadi konflik selebihnya kita bisa jalan bareng-bareng, begitu saja.*_

Demikian akhirnya kepada pengurus YSB dipusat, di korwil, di perwakilan, di pembantu perwakilan, para Pengemban manaqib/penyelenggara manaqib dengan semua aturan-aturan keterangan ini sudah jelas anda tinggal tegakkan aturan ini.

_*Jadi jangan ada lagi pura-pura tidak tahu, sungkan dan segala macam, semuanya sudah jelas.*_ Karena itu suarakan dengan penuh kejelasan, bicara dengan bahasa yang langsung, terang dan jelas. Dengan cara itu tidak akan adalagi prasangka-prasangka, dan kepada yang mengambil jalan lain kita masih umat Nabi Muhammad Saw, Insya Allah kita masih sama-sama sebagai pengamal TQN, cuma kami TQN Suryalaya, anda TQN ...yang lain apalagi kita masih bertetangga. Kita terus damai masing-masing sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Barokallohu lii walakum.
Semoga Allah Swt memberikan keberkahan untuk Saya dan Anda semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Read More

Post Top Ad