
Ma'rifat itu ada dua macam, yaitu ma'rifat sifat Allah dan ma'rifat dzat. Ma'rifat sifat adalah tugas jasad di dunia dan akhirat (di alam Lahut, sejak manusia hidup didunia), sebagaimana firman Allah:
"Ku perkuat manusia dengan ruh Al-Qudsi" (Surah AL-Baqarah ayat 87).Seluruh manusia dalam dirinya diperkuat oleh ruh Al-Qudsi. Ma'rifat sifat dan ma'rifat zat hanya dapat dicapai dengan perpaduan antara ilmu zahir dan ilmu batin. Rasul bersabda:
"Ilmu itu ada dua macam. Pertama: Ilmu lisan, sebagai hujjah Allah dan kepada hambanya. Kedua: Ilmu batin yang bersumber di lubuk hati, ilmu inilah yang berguna untuk mencapai tujuan pokok dalam ibadah."
Mula-mula manusia memerlukan ilmu syariat agar badannya mempunyai kegiatan dalam mencari ma'rifat pada ma'rifat sifat, yaitu darajat. Kemudian memerlukan ilmu batin agar ruhnya mempunyai kegiatan untuk mencapai ma'rifatnya pada ma'rifat zat. Untuk mencapai tujuan ini manusia harus meninggalkan segala sesuatu yang menyalahi syariat dan tariqat. Hal ini akan dapat dicapai dengan melatih diri meninggalkan keinginan nafsu walaupun terasa pahit dan melakukan kegiatan ruhaniyyah dengan tujuan mencapai ridha Allah swt serta bersih dari riya' (ingin dipuji orang lain) dan 'sum 'ah' (mencari kemasyhuran). Firman Allah dalam Surah Al-Kahfi ayat 110:
"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah la mengerjakan amal soleh. Dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhanya”.
Yang dimaksudkan dengan alam ma'rifat adalah alam Iahut, yaitu negeri asal tempat diciptakan ruh Al-Qudsi dalam wujud terbaik . Yang dimaksudkan ruh Al-Qudsi ialah hakikat manusia yang disimpan di lubuk hati; keberadaannya akan diketahui dengan taubat dan talqin dan mudawamah (mengamalkan dengan terus-menerus) kalimat ”Laa Ilaha Illallah”. Pertama dengan lidah fisiknya, kemudian bila haČ›inya sudah hidup beralih dengan lidah hatinya. Ahli tasauf menamakan ruh Al-Qudsi dengan sebutan Tiflul Ma' ani (bayi ma'nawi) karena ia dari 'ma'nawiyah qudsiyyah'.
Pemberian nama 'tiflul ma'ani' didasarkan kepada:
1. la Iahir dari hati, seperti Iahirnya bayi dari rahim seorang ibu dan ia di urus dan dibesarkan hingga dewasa.
2. Dalam mendidik anak-anak tentang keislaman, ilmu yang didahulukan adalah ilmu ma'rifat. Begitu pula bagi bayi ma'nawi ini.
3. Bayi bersih dari segala kotoran dosa Iahiriyah. Begitu pula bayi ma 'nawi, ia bersih dari syirik (menyekutukan Allah) dan 'ghaflah' (lupa kepada Allah).
4. Perumpamaan bayi ma'nawi merupakan gambaran kesucian karena anak-anak lebih banyak yang suci dari pada yang lainnya. Oleh karena itu bayi ma'nawi terlihat dalam mimpi dengan rupa yang indah dan tampan.
5. Ahli syurga disifati dengan sifat anak-anak ,sebagaimana firman Allah: "Mereka dikelilingi anak-anak muda yang tetap mudanya". (Surah Waqi'ah: 17). Firman Allah: "Anak-anak muda melayani mereka, bagai mutiara yang terpendam". (Ath-Thur:24)
5. Ahli syurga disifati dengan sifat anak-anak ,sebagaimana firman Allah: "Mereka dikelilingi anak-anak muda yang tetap mudanya". (Surah Waqi'ah: 17). Firman Allah: "Anak-anak muda melayani mereka, bagai mutiara yang terpendam". (Ath-Thur:24)
6. Karena bayi ma'nawi itu halus dan suci.
7.Penggunaan nama 'tiflul ma'ani adalah 'majazi' ditinjau dari kaitannya dengan badan, ia berwujud seperti rupa manusia, juga karena manisnya bukan karena kecilnya: dan dilihat dari awal adanya, ia adalah manusia hakiki karena dialah yang berhubungan langsung dengan Allah, sedangkan badan dan ruh jasmani bukan mahramnya bagi Dia berdasarkan Hadits Nabi Saw : Aku punya waktu khusus dengan Allah; malaikat terdekat. nabi dan rasul tidak akan dapat memilikinya". Yang dimaksudkan dengan malaikat terdekat dalam hadits tadi adalah ruhani yang diciptakan di alĂ m Jabarut, seperti halnya malaikat dapat masuk ke alam Lahut. Sabda Nabi s.a.w: "Allah memiliki Syurga yang tanpa bidadari dan istana serta tanpa madu dan susu. Kenikmatan di syurga itu hanya satu, yaitu melihat zat Allah". Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran: "Wajah-wajah orang-orang Mu'min) pada hari itu berseri- seri( Al- qiyamah : 22)
Juga dijelaskan dalam hadits Nabi s.a.w. "Kamu sekalian akan melihat Tuhanmu seperti kamu melihat Sinar bulan purnama. Bila malak jasmani, yakni segala sesuatu selain ruh Al-Qudsi masuk di alam Lahut, maka pasti akan terbakar.
No comments:
Post a Comment